Ketika sakit menghampiri kita, ada dua hal yang mesti kita ingat:
1. Bahawa sakit yang kita alami ini datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala ”Tiada sesuatupun bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi menyombongkan diri.” (Al-Hadid:22-23)
2. Bahawa sakit itu baik bagi kita.
Di balik sakit yang kita alami, terdapat hikmah dan faidah yang besar, yang itu baik dan bermanfaat untuk kita. Tentunya apabila ketika sakit itu datang kita hadapi dengan kesabaran. Diantara hikmah dan faidahnya adalah:
a. Diampuni dosa dan kesalahan
”Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.” (HR. Bukhari-Muslim)
”Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-linnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.” (Bukhari-Muslim)
b. Ditinggikan darjatnya
”Tidaklah seorang mukmin tertusuk duri atau yang lebih kecil dari duri, melainkan ditetapkan baginya satu darjat dan dihapuskan darinya satu kesalahan.” (Diriwayatkan Muslim)
Dari Aisyah, dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang ertinya):
”Tidaklah seorang Mukmin itu tertimpa penyakit encok sedikit pun, melainkan Allah menghapus darinya satu kesalahan, ditetapkan baginya satu kebaikan dan ditinggalkan baginya satu darjat.” (Ditakrij Ath-Thabrani dan Al-Hakim. Isnadnya Jayyid)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda (yang ertinya):
”Sesungguhnya seseorang benar-benar memiliki kedudukan di sisi Allah, namun tidak ada satu amal yang boleh menghantarkannya ke sana. Maka Allah sentiasa mencubanya dengan sesuatu yang tidak disukainya, sehingga dia boleh sampai ke kedudukan itu.” (Ditakhrij Abu Ya’la, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)
c. Pembuka jalan ke Syurga
”Allah Subhanahu berfirman: ‘Hai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keredhaan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meredhai pahala bagimu selain syurga.”’ (Ditakhrij Ibnu Majah; Menurut Syaikh Al-Albany: hadits hasan)
Wahai adekku, bukankah sakit merupakan bahagian dari musibah?
d. Keselamatan dari api neraka
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwa baginda menjenguk seseorang yang sedang sakit demam, yang disertai Abu Hurairah. lalu baginda bersabda (yang ertinya):
”Bergembiralah, kerana Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Inilah neraka-Ku. Aku menganjurkannya menimpa hamba-Ku yang mukmin di dunia, agar dia jauh dari neraka pada hari akhirat.” (Ditakhrij Ahmad, Ibnu Majah, dan AL-Hakim. Menurut Syaikh Albani: isnadnya shahih)
e. Menjadikan kita ingat kepada Allah dan kembali kepada-Nya
Biasanya ketika seseorang dalam keadaan sihat wal afiat, suka tenggelam dalam kenikmatan dan syahwat. Menyibukkan diri dalam urusan dunia dan melalaikan Allah, yang tidak jarang terjerumus dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika Allah mencubanya dengan sakit atau musibah lain, dia akan ingat kepada Allah, bertaubat, dan kembali memenuhi hak-hak Allah yang telah dia tinggalkan.
Dari Abdurrahman bin Sa’id, dari bapanya, dia berkata, ”Aku bersama Salman menjenguk orang yang sedang sakit di Kandah. Tatkala Salman memasuki tempat tinggalnya, dia berkata, ”Bergembiralah, kerana sakitnya orang mukmin itu akan dijadikan Allah sebagai penebus dosanya dan penyebab kewaspadaannya. Sedangkan sakitnya orang fajir itu laksana keledai yang diikat pemiliknya, kemudian dia melepaskannya kembali, namun keledai itu tidak tahu mengapa ia diikat dan mengapa ia dilepas.”
Maksudnya, penyakit itu merupakan penebus dosa bagi orang mukmin dan penyebab taubat dan kesedarannya dari kelalaian. Berbeda dengan orang-orang fajir, yang tetap durhaka, tidak terpengaruh oleh penyakitnya dan tidak mua kembali kepada Rabb-nya. Dia tidak tahu kalau penyakit itu menimpa dirinya, agar dia sedar dari kelalaian dan agar kembali kepada kebenaran. Ibaratnya seekor keledai yang dipegang dan diikat, kemudian dilepas kembali, namun ia tidak tahu mengapa ia diikat lalu dilepas lagi.
f. Mengingatkan kepada nikmat yang telah diberikan Allah
Sakit dapat mengingatkan kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan ketika kita dalam keadaan sihat, dengan demikian kita semakin bersyukur kepada Allah. Seorang penyair berkata: ”Seseorang tidak mengenal tanda-tanda sihat selagi dia belum tertimpa sakit.”
g. Mengingatkan keadaan orang-orang yang sakit
Allah menimpakan sakit kepada kita agar kita mengingat saudara-saudara kita yang sedang sakit, yang selama ini mereka kita lalaikan, sehingga kita kembali sadar dan terketuk hati kita untuk memenuhi hak-hak saudara kita yang sedang sakit tersebut, seperti: mengunjunginya, membantu keperluannya, meringankan musibahnya, menghiburnya, membantukan mencarikan ubat, mendoakannya, dll.
h. Mensucikan hati dari berbagai penyakit
Keadaan yang sihat boleh mengundang seseorang untuk bersikap sombong, bangga dan taajub kepada diri sendiri, sebab dalam keadaan seperti itu dia bebeas berbuat apa saja. Namun ketika sakit dataang menjenguknya, penderitaan menimpa dirinya, maka jiwanya boleh melunak, sifat-sifat sombong, takabur, dengki, membanggakan diri; dapat menjadi hilang sehingga akhirnya ia tunduk dan pasrah kepada Allah serta tekun beribadah kepada-Nya.
i. Menjadikan kita sabar
Abdul Malik bin Abjar berkata: ”Setiap orang pasti mendapat cubaan afiat, untuk dilihat apakah dia bersyukur, atau mendapat bencana untuk dilihat apakah dia bersabar.”
Wahai saudaraku!
Bukankah faedah dan hikmah yang kita dapatkan ketika sakit sangat besar? Bukankah itu merupakan kenikmatan dan anugerah? Tidakkah engkau ingin mendapatkannya?
Kerana itu, Bersabarlah!
Engkau memperoleh kesempatan memperoleh janji-janji tersebut di atas….jangan sia-siakan kesempatan emas tersebut!
Semakin berat penderitaan, semakin pahala dilipatkan
Sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu berkata: Saya menjenguk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sedangkan baginda sedang menahan sakit kerana demam, saya berkata: ”Wahai Rasulullah, sungguh engkau kelihatan sedang menahan rasa sakit yang berat?” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: ”Benar, sesungguhnya saya sedang menahan sakit sebagaimana dua orang di antara kalian.”
Abdullah berkata: Saya berkata: ”Hal itu kerana engkau mendapatkan dua pahala.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: ”Benar”, kemudian beliau melanjutkan:
”Tidak ada seorang muslim tertimpa musibah baik itu sakit atau lainnya kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahnnya sebagaimana pohon menjatuhkan daunnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Hadits di atas memberikan penjelasan kepada kita bahawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menetapkan bahawa apabila penyakit bertambah berat maka pahalanya dilipatgandakan dan pelipatgandaan ini terus meningkat sampai terhapusnya kesalahan-kesalahan semuanya. Dengan kata lain beliau berkata: Beratnya penyakit mengangkat darjat, menghapuskan keburuk2an tanpa tersisa.
Apabila kita memahami hal ini, iaitu rasa sakit atau musibah lainnya dapat menghapus dosa kita dan mengangkat darjat kita; maka hendaklah kita bersabar dan redha terhadap hal tersebut agar kita mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang bersabar:
”Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran:146)
”Sesungguhnya hanya kepada orang-orang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar:10)
”Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan): ‘Keselamatan atas kesabaranmu.’ Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (ar-Raad: 23-24)
Apakah ini bukan suatu kemuliaan? Bukankah ini merupakan derajat yang tinggi?
Tidakkah kita menginginkan sakit yang kita alami menjadi suatu kenikmatan dan anugerah yang besar?
Jangan biarkan semua janji-janji tersebut…hilang begitu saja….
Jangan biarkan…kesempatan sudah ada di depan mata, namun kita tak sanggup meraihnya….
Kalau hal ini terjadi pada kita… Innalillahi wa inna ilaihi raji’un….
tak ada kata lain yang pantas..selain: Saya mendapat musibah besar kerana tidak mampu memanfaatkan kesempatan emas dengan adanya musibah yang ada pada saya…
Jika kamu tidak mengetahui maka itu adalah musibah, jika kamu mengetahuinya maka musibahnya lebih besar lagi….
Jika kamu tidak tahu bahawa di balik sakit ada kenikmatan yang besar, ada janji-janji Allah yang menggiurkan…itu adalah suatu musibah;
Jika kamu mengetahui hal ini (keutamaan-keutamaan sakit jika bersabar) namun luput dari memperoleh janji-janji Allah ini …, maka ini adalah musibah yang sangat besar.
”Sungguh unik perkara orang mukmin, sesungguhnya semua perkaranya adalah baik. Jika ia mendapat kebahagiaan, ia bersyukur dan jika ia mendapat ujian ia bersabar, maka (hal itu) merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim)
No comments:
Post a Comment